Ngawi, Jawa Timur - Dalam upaya memperkenalkan inovasi pertanian masa depan, mahasiswa KKN-PPM UGM, Kendal, Ngawi, Periode 4 Tahun 2023 mengusung konsep revolusioner yang dikenal sebagai akuaponik ke wilayah Desa Majasem, Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi. Pertanian, sebagai sektor vital dalam ekonomi, diprediksi akan tetap stabil dalam menghadapi perubahan teknologi, karena produknya selalu diminati oleh masyarakat global. Dalam konteks ini, pertanian urban di masa depan menjadi relevan, karena mengadaptasi kebutuhan perkotaan akan produksi pangan dengan memanfaatkan lahan-lahan terbatas di dalam atau sekitar area perkotaan. Melalui penerapan akuaponik, mahasiswa berharap dapat membantu masyarakat dalam mengoptimalkan pemanfaatan lahan yang terbatas agar dapat menciptakan sistem pertanian yang efisien dan berkelanjutan, serta meningkatkan pendapatan dan memperkuat ketahanan pangan lokal, meskipun berada di wilayah dengan sumber daya dan lahan yang terbatas.
Akuaponik, sebuah sistem yang menggabungkan budidaya ikan dengan pertanian tanaman dalam satu sistem tertutup menjadi salah satu solusi inovatif dalam menghadapi tantangan pertanian modern. Dengan menggunakan air yang sama untuk pertumbuhan tanaman dan budidaya ikan, sistem ini tidak hanya efisien dalam penggunaan air, tetapi juga memungkinkan pertumbuhan tanaman yang lebih cepat dan lebih produktif. Budidaya ikan lele dipilih sebagai bagian utama dari sistem akuaponik ini. Najma Ayu Kusuma Dewi, mahasiswi program studi Kartografi dan Penginderaan Jauh, sekaligus sebagai penanggung jawab kegiatan mengungkapkan alasan dipilihnya lele sebagai pondasi akuaponik adalah karena pertumbuhan dan adaptasi yang paling memungkinkan dengan kondisi sekitar.
“Pemilihan lele adalah karena pertumbuhannya yang cepat dan adaptasi yang baik terhadap berbagai kondisi lingkungan. Limbah yang dihasilkan dari kotoran dan sisa makanan ikan lele dapat dimanfaatkan sebagai nutrisi bagi tanaman kangkung. Tanaman kangkung tersebut juga dipilih karena pertumbuhannya yang cepat, kebutuhan air yang rendah, dan memiliki nilai gizi yang tinggi” ungkap Najma.
Dalam pelaksanaannya di Desa Majasem, Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi, mahasiswa KKN-PPM UGM Kelana Kendal telah bekerja sama dengan masyarakat setempat, terutama ibu-ibu PKK dan karang taruna, untuk membangun sistem akuaponik yang berkelanjutan. Dalam prosesnya, pembuatan sistem akuaponik terbilang cukup mudah dan sederhana, karena alat dan bahan yang digunakan dapat dengan mudah ditemukan di lingkungan sekitar. Alat yang diperlukan berupa tang, solder listrik, dan gergaji, sementara bahan yang digunakan berupa bibit kangkung, arang, gelas plastik, kawat, terpal, pipa paralon, air, dan bibit lele. Proses pembuatannya dimulai dengan menyiapkan alat dan bahan yang telah disebutkan sebelumnya. Pipa paralon dipotong sesuai kebutuhan, kemudian pipa tersebut dirangkai di sekeliling terpal yang disesuaikan dengan ukuran dari bentuk kolam ikan. Setelah rangka telah terbentuk, terpal dipasang di dalam rangka pipa paralon dengan dikaitkan menggunakan kawat. Rangka kolam yang telah terbentuk dapat diisi dengan air dan bibit lele, sementara pipa di sekeliling kolam diberikan tanaman akuaponik yang terdiri dari bibit kangkung yang dimasukkan ke dalam gelas plastik berisi arang. Perakitan sistem akuaponik ini dilakukan selama kegiatan KKN dalam rentang waktu lima hari, yaitu pada tanggal 20 Januari hingga 24 Januari 2024. Dengan memanfaatkan lahan sempit yang tersedia, para mahasiswa telah berhasil menciptakan lingkungan pertanian yang efisien dan ramah lingkungan.
Secara keseluruhan, kegiatan ini mendapat tanggapan positif baik dari masyarakat maupun tim KKN-PPM UGM Kelana Kendal. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Ir. Atus Syahbudin, S.Hut., M.Agr., Ph.D., IPU., selaku dosen pembimbing lapangan KKN-PPM Kelana Kendal, yang menyatakan, “Kami bangga dengan inisiatif para mahasiswa kami dalam memperkenalkan konsep akuaponik ke masyarakat. Ini merupakan langkah kecil, namun penting dalam menjaga keberlanjutan pertanian di masa depan”.
Dengan adanya konsep akuaponik ini, diharapkan keberhasilan implementasi akuaponik di Desa Majasem dapat menjadi contoh bagi wilayah-wilayah lain di Indonesia yang juga menghadapi tantangan serupa dalam sektor pertanian. Dengan kolaborasi antara akademisi, mahasiswa, dan masyarakat lokal, inovasi pertanian masa depan menjadi semakin dekat untuk dapat direalisasikan demi meningkatkan kesejahteraan bersama.